Kupang, fteologi.uksw.edu — Sebanyak 93 mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga resmi ditarik dari masa penugasan mata kuliah Praktek Pelayanan Gerejawi dalam pertemuan yang berlangsung khidmat di Kantor Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu, 2 Juli 2025.

Pertemuan tersebut tidak hanya menjadi momentum evaluasi pelaksanaan Praktek Pelayanan Gerejawi, tetapi juga menjadi ruang diskusi strategis mengenai penguatan kemitraan antara Fakultas Teologi UKSW dan Sinode GMIT.

Acara yang dihadiri oleh jajaran Majelis Sinode GMIT, penanggung jawab Praktek Pelayanan Gerejawi dari pihak GMIT, serta seluruh mahasiswa yang telah menyelesaikan masa praktiknya di delapan klasis dalam lingkup GMIT ini menandai pengakuan resmi Sinode atas selesainya masa pengutusan para mahasiswa. Momen ini juga dimaknai sebagai simbol penyerahan kembali para mahasiswa kepada kampus, memberikan nuansa formal sekaligus sakral pada proses perpisahan.

Skala program yang melibatkan 93 mahasiswa sekaligus menegaskan potensi besar sumber daya manusia yang siap memperkuat pelayanan GMIT ke depan. Para mahasiswa telah menjalani proses pembelajaran dan pelayanan secara langsung di tengah-tengah jemaat, menjadikan pengalaman ini sebagai bagian integral dari pembentukan spiritualitas dan kompetensi mereka sebagai calon pelayan gereja.

Dalam sambutannya, Sekretaris Majelis Sinode GMIT, Pdt. Lay Abdi Karya Wenyi, M.Si, menyampaikan pandangan strategis dan harapan terhadap pelaksanaan Praktek Pelayanan Gerejawi ini. "Kami berharap Praktek Pelayanan Gerejawi tidak hanya menjadi kegiatan rutin pelayanan di jemaat, tetapi benar-benar memberi dampak pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah GMIT. Pendidikan adalah bagian dari misi gereja, dan kami ingin mahasiswa membawa inovasi yang membangun di sana," ujar Pdt. Lay Abdi Karya Wenyi.

Lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa medan pelayanan di wilayah GMIT yang cukup menantang menuntut kesiapan mental dan fisik yang matang dari para calon pelayan. "Melayani di NTT berarti siap menghadapi medan geografis yang sulit, budaya yang beragam, serta kondisi sosial yang kompleks. Diperlukan ketahanan mental dan spiritual yang kuat, serta kesehatan fisik yang prima untuk bisa bertahan dan melayani dengan maksimal," katanya.

Tidak kalah penting, Sinode GMIT juga menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam atas ajaran dan tradisi gereja. "Kami ingin para calon pelayan memahami betul kekhasan teologi dan praktik pelayanan GMIT. Dengan demikian, mereka dapat menyatu dalam visi dan misi gereja, dan menjaga kesatuan pelayanan di seluruh jemaat," imbuhnya.

Penguatan Kerja Sama Fakultas Teologi dengan Sinode GMIT

Wakil Dekan Fakultas Teologi, Pdt. Irene Ludji, Ph. D menyampaikan harapan besar kepada para mahasiswa pasca- Praktek Pelayanan Gerejawi untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan, tidak hanya dalam aspek teologis, tetapi juga dalam kepemimpinan dan kedewasaan karakter. Dosen Fakultas Teologi tersebut melihat para mahasiswa sebagai bagian dari masa depan gereja.

“Kawan-kawan mahasiswa harus mampu menjawab kebutuhan pelayanan kontekstual di berbagai jemaat,” pesannya terhadap para mahasiswa yang telah melakukan pelayanan selama beberapa bulan tersebut.

Pendeta Irene juga menyampaikan harapan terbangunnya kerja sama institusional antara GMIT dan Fakultas Teologi UKSW. Dirinya menjelaskan jika hubungan GMIT dan Fakultas Teologi posisinya seperti "orang tua".

"Sebagai orang tua dari UKSW, kami ingin hubungan ini tidak hanya formal, tetapi benar-benar strategis. Kami berharap ada pengembangan kurikulum yang lebih kontekstual, penelitian yang membumi, dan penyediaan tenaga pendidik serta pelayan yang benar-benar memahami konteks pelayanan di GMIT," harapnya.

Pertemuan ini tidak hanya menjadi penutup masa Praktek Pelayanan Gerejawi, tetapi juga awal dari babak baru penguatan hubungan strategis antara Fakultas Teologi UKSW dan Sinode GMIT demi gereja yang semakin relevan, kontekstual, dan transformatif di tengah masyarakat.

Harapan dan Pesan Bagi Mahasiswa

Pada kesempatan yang sama, dosen yang akrab dipanggil ibu Irene tersebut menjelaskan jika secara umum Praktek Pelayanan Gerejawi telah mencapai tujuan dan memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa. Namun, dirinya juga menjelaskan jika perlu adanya evaluasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas Praktek Pelayanan Gerejawi di masa mendatang.

“Perlu dipahami bersama, bahwasannya kehadiran mahasiswa Praktek Pelayanan Gerejawi untuk GMIT adalah pembaharuan dan peningkatan kualitas pelayanan. Mahasiswa membawa energi baru, perspektif segar, ide-ide inovatif, serta pengetahuan teologis dan praktis terkini dari bangku kuliah,” paparnya.

Dalam sambutannya, Pendeta Irene menegaskan jika kehadiran mahasiswa Fakultas Teologi memicu dinamika positif dalam jemaat, mendorong metode pelayanan yang lebih relevan, efektif, dan partisipatif.

“Pesan saya untuk kawan-kawan mahasiswa, inilah rumahmu. Datang dan bantu GMIT sebagai penghuni rumah dan bukan tamu. Pesan ini adalah undangan sekaligus penegasan identitas,” pungkasnya.